Banyak yang menganggap bahwa Ibu Kota Negara Ibdonesia yaitu Jakarta merupakan kota yang Keras, karena persaingan antar suku bahasa dan adat semua berkompetisi di kota yang sudah sempit ini.
Rumah mewah, gedung pencakar langit bertebaran dimana-mana, semua sudah jadi sebuah hiasan bagi Jakarta. Permasalahan Negeri seperti kemacetan, Banjir,kemiskinan, dll. Semuanya ada di Jakarta.
Aneh, Jakarta yang begitu tinggi tingkat ekonominya, tapi masih saja kemiskinan di Ibu Kota ini kian merajalela, yang kaya semakin kaya, dan yang miskin tetaplah miskin, disitu terlihat bahwa terjadi sebuah persaingan bagi yang ingin bertahan hidup di Jakarta.
Hal tersebut menjadi sebuah momok yang menakutkan bagi saya yang merupakan anak kelahiran Desa.
Ciamis. Ya itulah nama Daerah tempat saya dikeluarkan dari rahim sang ibu, Kampung yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini menjadi sejarah pertamakalinya saya mengenal Dunia ini.
Sejuk, ramah, aman dan nyaman semuanya ada di Ciamis, dan itu menjadikan diri ini bertahan sampai usia saya 18 tahun.
Yang pada akhirnya menginjak kepada umur saya yang ke 19, saya ditakdirkan untuk meninggalkan tempat kelahiran tersebut.
Sebuah pengumuman dan surat dari perguruan Tinggi ternama di Jakarta menerima saya sebagai Mahasiswanya, sungguh menjadi dilema tersendiri karena surat itu datang sebelum Ujian Nasional terlaksana. Apa jadinya kalau ternyata saya tidak lulus SMA? Waduh bisa-bisa bunuh diri nih... Haha...
Bersambung.....
Posting Komentar