BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi sangatlah diperlukan bagi setiap individu,
karena pada dasarnya setiap manusia selalu berkomunikasi dengan yang lain, namun
tidak sedikit orang yang kurang memahami karakteristik yang sedang
dikomunikasikannya tersebut, untuk itu kita sebagai mahasiswa komunikasi harus
memahami karakteristik yang dikomunikasikan (Pesan) dan juga alat untuk
berkomunikasi (Media), Untuk mencapai proses keberhasilan dalam berkomunikasi.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai latar
belakang di atas dapat diketahui bahwa rumusan masalah penulisan ini yaitu:
1.
Bagaimana karakteristik pesan itu?
2.
Apa saja yang termasuk bagian dalam karakteristik pesan?
3.
Bagaimana Karakteristik media itu?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas,
penulis memiliki tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui karakteristik pesan dan media
2.
Mengetahui bagian dari karakteristik pesan dan media
D.
Manfaat Penulisan
Penulisan
makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
mempelajari
mata kuliah psikologi komunikasi tentang karakteristik pesan dan media
dan dijadikan bahan utama untuk berdiskusi.
BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PESAN DAN MEDIA
I.
KARAKTERISTIK PESAN
Pesan dalam komunikasi ini tidak harus perkataan, pesan disini dapat berupa
gerakan, suara, tulisan, simbol, dan lain-lain. Pesan dalam komunikasi
digolongkan menjadi dua macam, yaitu pesan verbal dan non-verbal. Pesan verbal
merupakan pesan berupa kata-kata (bahasa), sedangkan non-verbal merupakan pesan
yang isinya bukanlah kata-kata, seperti gerakan tubuh.
A. Karakteristik Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu
kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.[1]
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas.
Dalam buku Jalaluddin Rakhmat (2012), mendefinisikan bahasa secara
fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang
dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared means for
expressing ideas).[2]
Ia menekankan dimiliki bersama (socially shared), karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.
Bahasa mempunyai karakteristik yaitu:
1.
Pengalihan. Karena bahasa, kita mengenal pengalihan (displacement),
kita dapat berbicara mengenai hal-hal yang jauh dari kita, baik dari segi
tempat maupun waktu. Kita dapat berbicara tentang masa lalu atau masa depan
semudah kita berbicara tentang masa kini. Dan kita dapat berbicara tentang
hal-hal yang tidak pernah kita lihat seperti tentang manusia duyung, kuda
bertanduk, kuda terbang, makhluk planet lain.
2.
Pelenyapan cepat. Suara bicara melenyap dengan cepat.
Suara harus diterima dengan segera setelah itu dikirimkan atau kita tidak akan
pernah menerimanya.
3.
Kebebasan makna. Isyarat bahasa mempunyai kebebasan
makna, mereka tidak memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang
mereka gambarkan. Suatu kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan
karena kitalah yang secara bebas yang menentukan arti atau maknanya.
4.
Transmisi budaya. Bentuk bahasa manusia dipancarkan
secara budaya atau tradisional. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga berbahasa inggris akan menguasai bahasa inggris atau sedikit banyaknya
mereka akan tau bahasa inggris dikarenakan faktor lainnya.
B. Karakteristik Pesan
Non-Verbal
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pesan nonverbal adalah setiap informasi
atau emosi yang dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistic.
Pesan nonverbal adalah penting, sebab apa yang kita sampaikan mempunyai makna
jauh lebih penting dari apa yang kita katakan.
Adapun karakteristik pesan nonverbal, sebagai berikut[3]:
a. Memiliki Sifat
Berkesinambungan
Kata-kata yang keluar dari
mulut, ada waktunya atau sewaktu-waktu, isyarat-isyarat nonverbal keluar secara
berkesinambungan. Sebagai contoh, seseorang yang mengajukan pertanyaan.
Seketika itu juga orang tersebut melihat responsnya (orang yang menerima
pertanyaan), terhadap pertanyaan yang dilontarkan. Hal itu dilakukannya untuk
mendapat petunjuk dari reaksinya apakah menyukai apa yang sedang dibicarakan
atau tidak.
Jadi, setelah pesan verbal
keluar, pada saat yang bersamaan isyarat nonverbal tampil keluar. Begitulah
setiap kali ketika berbicara dengan orang ain.
b. Kaya dalam Makna
Terkadang, kita tidak
mengerti dengan apa yang dibicarakan ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Melalui bahasa isyarat tubuh apakah mimic wajah, gumaman, pandangan mata,
gerakan tangan, dan sebagainya memberikan banyak makna dibandingkan pesan
verbal yang disampaikan. Jadi, orang lain cenderung lebih mencari arti apa yang
kita ucapkan melalui bahasa tubuh yang kita tampilkan.
c. Dapat Membingungkan
Meskipun komunikasi nonverbal
kaya dengan makna, tetapi dapat juga membingungkan. Isyarat-isyarat tertentu dapat
berarti sesuatu yang secara keseluruhan berbeda dari apa yang kita bayangkan. Hal
ini disebabkan banyak isyarat-isyarat tertentu yang sama pengertiannya dengan
sebagian orang, tetapi tidak sama dengan sebagian orang yang lainnya. Hal ini
disebabkan oleh faktor budaya, kebiasaan, dan norma yang dianut oleh sebagian
orang yang berbeda-beda.
d. Menyampaikan Emosi
Untuk mengungkapkan isi hati
tidak selalu harus dengan cara verbal. Misalnya, ketika melihat orang yang
sedang tersenyum atau tertawa, kita bisa menafsirkan orang itu sedang gembira.
Sama halnya jika kita marah, kita akan memilih diam atau menyendiri daripada
mengungkapkannya kepada orang lain,apalagi terhadap objek yang membuat kita
marah.
e. Dikendalikan Oleh Norma-norma
dan Peraturan Mengenai Kepatutan
Norma dan peraturan umumnya
amat berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain. Kebanyakan norma dan
peraturan dipelajari sejak kecil dari bimbingan orang tua dan keluarga.
f. Terikat Pada Budaya
Budaya pada hakikatnya
merupakan gejala non-verbal. Yakni, kebanyakan aspek dari budaya dipelajari
melalui pengamatan dan mencontoh dan bukan melalui pengajaran verbal. Setiap
budaya memiliki Perilaku nonverbalnya masing-masing. Oleh karena itulah, kita
sering kali sulit mengartikan dan menguasai komunikasi nonverbal dari budaya
lain.
II.
KAREKTERISTIK MEDIA
Tanpa
teknologi, komunikasi dasar, seperti alat tulis, lembaran untuk ditulis, -atau
benda elektronik penggantinya- tidak akan ada cara untuk menjaga pesan, atau
untuk membuat dan memindahkan mereka dari satu tempat ke tempat yang yang lain.
Dan jika tidak ada percetakan, telegraf, telekomunikasi, atau internet, tidak
akan mungkin kita bisa dengan cepat mendistribusikan satu pesan pun ke sejumlah
lokasi yang berjauhan di dunia. Untuk
mengetahui lebih dalam lagi tentang media, berikut adalah karakteristik media[4]:
a. Serempak (Sinkron) – Acak (Tidak Sinkron)
Dalam beberapa situasi komunikasi, terdapat
jeda waktu yang sangat besar antara produksi pesan dan konsumsinya; sementara
pada situasi-situasi lain hanya terdapat sedikit jeda, atau malah sama sekali
tanpa jeda. Perilaku verbal dan nonverbal yang dibuat, membentuk pesan-pesan
yang secara instan dimungkinkan untuk mendapat perhatian dari para peserta
interaksi. Dalam situasi demikian, komunikasi adalah serempak (shynchronus).
Dalam situasi lain, pembuatan dan pengiriman pesan tidak disinkronkan secara
waktu dengan penerimaan dan penggunaannya. Terjadi penundaan (delay) waktu
dalam hitungan detik, menit, jam, hari, atau bahkan beberapa tahun, -contohnya
adalah, antara percetakan buku dan saat dibaca oleh orang di wilayah atau
negeri yang berbeda. Dalam situasi demikian, komunikasi adalah tidak serempak
(asynchronus).
b. Interaktivitas Rendah – Interaktivitas Tinggi
Media komunikasi adalah beragam tergantung
pada sejauh mana isi pesan dan waktu lebih dikendalikan oleh sumber ketimbang
oleh pengguna. Dengan media massa seperti buku, televisi, surat kabar, dan
majalah, isi dan waktu produksi dan distribusiannya lebih dikendalikan oleh
sumber. Keputusan konsumen mempunyai dampak terhadap isi, tetapi pengaruhnya
tertunda dan sering kali bersifat tidak langsung. Dalam jangka pendek,
individu-individu tidak memiliki cara untuk berinteraksi dengan atau untuk
mengontrol isi pesan maupun pengaturan waktunya. Media lain, seperti telepon,
e-mail, faks, dan lain-lain, memiliki sifat yang lebih interaktif. Mereka
membolehkan penerima untuk lebih mengontrol waktu, isi, dan lokasi
penggunaannya.
c. Kehadiran Sosial Rendah – Kehadiran Sosial
Tinggi
Dalam beberapa situasi, peristiwa komunikasi
sangat pribadi, ramah, dan hangat. Dalam situasi lain, proses situ tampak tidak
pribadi, tidak ramah, dan dingin. Ketika situasi jenis pertama muncul,
peristiwanya disebut memiliki tingkat kehadiran sosial yang tinggi; sementara
situasi yang kedua terkategori memiliki tingkat kehadiran sosial yang rendah.
Bukan suatu hal yang mengejutkan, komunikasi tatap muka tergolong memiliki
tingkat kehadiran sosial yang tinggi dibandingkan dengan komunikasi melalui
media.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pesan dan media merupakan unsur yang ada
dalam proses komuikasi, pesan sebagai gerakan, suara, tulisan, simbol, dan
lain-lain yang memiliki dua jenis pesan yaitu pesan verbal dan non verbal, dari
kedua jenis pesan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing yang berbeda,
karakter dari pesan verbal mengutamakan kekuatan bahasa yang dijadikan sebuah
sembol, sedangkan dari pesan non verbal menguatakan sebuah emosi atau perasaan,
sehingga mampu memberikan sembol yang dapat dipahami oleh orang lain.
Selain dari pesan, media juga mmpunyai
karakteristik yang dilihat dari situasi komunikasi, hubungan antara penerima
pesan dengan media dan keterbatasan antara komunikan dengan media.
B.
Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa makalah in belum sempurna, maka
penulis mebutuhkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna,
Muhammad. M. Ganiem Leila. 2011. Teori Komunikasi AntarPribadi .
Kencana: Jakarta.
D. Ruben,
Brent. P. Stewart, Lea. Penerjemah: Hamad, Ibnu. 2013. Komunikasi dan
Perilaku Manusia. Rajawali Pers: Jakarta.
Rakhmat,
Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi . PT remaja Rodaskarya: Bandung.
Mulyana, Deddy.
2005. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar . Remaja Rosdakarya: Bandung.
[1]
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: suatu pengantar (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 2005
[2]
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi (Bandung: PT remaja Rodaskarya), 2012.
Cet.28. hal.265
[3] Budyatna, Muhammad. M. Ganiem Leila. Teori Komunikasi
AntarPribadi (Jakarta: Kencana), 2011. Ed. 1. Cet. 1. h. 111
[4] D. Ruben, Brent. P. Stewart, Lea. Penerjemah: Hamad, Ibnu. Komunikasi
dan Perilaku Manusia (Jakarta: Rajawali Pers), 2013. Ed.1. Cet.1. h.223
Posting Komentar